Jumat, 17 Desember 2010

“ TANPA KORUPSI, BARU INDONESIA ! ”

Korupsi di Indonesia memang sudah 'membudaya' sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh panggang dari api.
Semua orang sepakat bahwa Korupsi adalah musuh bersama yang harus dimusnahkan dari bumi tercinta ini. Korupsi adalah sebuah nama karma kejahatan yang terus menggerogoti aspek kehidupan bangsa dan negara ini. Dan merupakan suatu wabah yang akan menyengsarakan kehidupan rakyat Indonesia. Bagi bangsa kita pemberantasan korupsi adalah sebuah pengejewantahan dari amanat reformasi yang mulai kita teriakan dari satu dekade silam.
Bangsa kita berdasarkan data saat ini berhasil mendapatkan predikat “pertama” sebagai negara terkorup Asia Pasifik dan sebagai negara ke-3 di ASEAN serta peringkat ke 69 negara terkorup di dunia (Maret 2010, berdasarkan CPI (corruption Perception Index). Sementara itu menurut rekapitulasi pantauan ICW 2005 sampai semester satu 2010 (10 Juli), Selama ini terpantau 857 kasus korupsi dengan jumlah terdakwa 1965 orang di pengadilan umum.
Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antar negara, Indonesia selalu menempati posisi paling rendah. Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang melihat peringkat Indonesia dalam perbandingan korupsi antar negara yang tetap rendah. Hal ini juga ditunjukkan dari banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia. Seperti :
• Kasus dugaan korupsi Soeharto: dakwaan atas tindak korupsi di tujuh yayasan
• Pertamina: dalam Technical Assistance Contract dengan PT Ustaindo Petro Gas
• Bapindo: pembobolan di Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) oleh Eddy Tansil
• HPH dan dana reboisasi: melibatkan Bob Hasan, Prajogo Pangestu, sejumlah pejabat Departemen Kehutanan, dan Tommy Soeharto.
• Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI): penyimpangan penyaluran dana BLBI
• Abdullah Puteh: korupsi APBD.
• Kasus skandal bank century yang disinyalir elibatkan orang pertama di negeri ini
• Penyelewengan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) Rp 5,7 miliar : kemendiknas, dll..
Melemahnya kebijakan pemerintah dalam pemberantasan korupsi juga bisa ditengok dari Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi 2010-2025. Dalam strategi tersebut, pemerintah memberikan prioritas pertama pemberantasan korupsi pada upaya pencegahan melalui perbaikan kinerja pemerintah di bidang pelayanan publik. Penindakan kasus korupsi hanya menjadi prioritas kedua. Padahal, di tengah makin menggejalanya praktik mafia kasus, yang jelas-jelas melibatkan para penegak hukum, penindakan dengan cara biasa-biasa saja pastinya tak akan mempan. Dibutuhkan penindakan yang berat dan luar biasa, yaitu dengan pembersihan total terhadap aparat penegak hukum dan wacana memiskinkan para koruptor harus segera terealisasikan.
Maka dari itu, kepada seluruh mahasiswa dan pemuda indonesia pada momentum ini marilah kita kembali turun ke jalan untuk mengcounter hegemoni kekuasaan dengan katakan “LAWAN, TUNTASKAN KASUS KORUPSI, dan GANTUNG KORUPTOR”. Serta mengkampanyekan Hari Anti korupsi Sedunia ini sebagai proses meningkatkan kesadaran kepada masyarakat bahwa korupsi masih menjadi masalah utama bangsa. Sekaligus, menciptakan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran serta aktif dalam pemberantasan korupsi dalam konteks hidup sehari-hari. Selain itu, kampanye antikorupsi bersama ini juga ingin memberikan penegasan bahwa pemberantasan korupsi memerlukan keterlibatan dari semua unsur masyarakat. Marilah kita bersama-sama bergandengan tangan, bahu-membahu melakukan perlawanan, agar para koruptor tidak lagi bebas bercokol di tanah air ini.

“Hari ini kebenaran masih dibungkam, dan keadilan jadi mimpi dalam tidur panjang rakyat, di tengah penindasan rezim pemilik rakyat…”